BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus
adalah suatu keadaan di mana terjadi
penambahan volume dari cairan serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel
dan ruang subarakhnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi dari
cairan serebrospinalis. Secara keseluruhan insiden dari hidrosefalus diperkirakan mendekati 1:1000. Sedangkan insiden hidrosefalus kongenital bervariasi untuk tiap-tiap populasi yang berbeda.Hershey BL mengatakan kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalah kongenital yang biasanya sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus mulai tampak setelah umur 6 bulan biasanya bukan oleh karena kongenital.Mujahid Anwar dkk mendapatkan 40-50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4 mengalami hidrosefalus. Pongsakdi Visudiphan dkk pada penelitiannya mendapatkan 36 dari 49 anak-anak dengan meningitis tuberkulosa mengalami hidrosefalus, dengan catatan 8 anak dengan hidrosefalus obstruktif dan 26 anak dengan hidrosefalus komunikans. Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi meningitis bakteri dapat dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada bayi dari pada anak-anak. Berdasarkan catatan medik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Denpasar dari 1991 s/d Desember 1993 telah dirawat 21 penderita hidrosefalus di mana 4 diantaranya adalah hidrosefalus kongenital. ( www.dexa-medica.com )
Hidrosefalus bisa didapat seseorang sejak lahir (kongenital) atau pada umur berikutnya dan bahkan setelah dewasa. Yang tersering didapat adalah pada kongenital. Penyebabnya antara lain ada saluran yang tersumbat, infeksi, tumor otak, trauma kepala, radang otak, stroke. Kasus hidrosefalus dari sejak waktu lahir terbanyak sekitar 4-5 per 1000 kelahiran. (www.replubika.co.id )
Direktur Utama RS Elisabeth, Semarang dr Benedictus Sugiyanto menyatakan, sejauh ini belum ada penelitian mengenai penyebab penyakit hidrosefalus. (Kompas, 11/10/2003). Penyakit ini diderita anak sejak dilahirkan. Jadi, faktor ibu memegang peran utama penyebab hidrosefalus. Selama ini diyakini faktor kekurangan gizi ibu selama hamil, konsumsi obat-obatan tertentu, serta virus toksoplasma dan cetomegalopus menjadi penyebab penyakit hidrosefalus. (Copyright © 2002 Harian KOMPAS)
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. ( www.dexa-medica.com ).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan volume dari cairan serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruang subarakhnoid. (www.anglefire.com).
cairan serebrospinalis. Secara keseluruhan insiden dari hidrosefalus diperkirakan mendekati 1:1000. Sedangkan insiden hidrosefalus kongenital bervariasi untuk tiap-tiap populasi yang berbeda.Hershey BL mengatakan kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalah kongenital yang biasanya sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus mulai tampak setelah umur 6 bulan biasanya bukan oleh karena kongenital.Mujahid Anwar dkk mendapatkan 40-50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4 mengalami hidrosefalus. Pongsakdi Visudiphan dkk pada penelitiannya mendapatkan 36 dari 49 anak-anak dengan meningitis tuberkulosa mengalami hidrosefalus, dengan catatan 8 anak dengan hidrosefalus obstruktif dan 26 anak dengan hidrosefalus komunikans. Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi meningitis bakteri dapat dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada bayi dari pada anak-anak. Berdasarkan catatan medik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Denpasar dari 1991 s/d Desember 1993 telah dirawat 21 penderita hidrosefalus di mana 4 diantaranya adalah hidrosefalus kongenital. ( www.dexa-medica.com )
Hidrosefalus bisa didapat seseorang sejak lahir (kongenital) atau pada umur berikutnya dan bahkan setelah dewasa. Yang tersering didapat adalah pada kongenital. Penyebabnya antara lain ada saluran yang tersumbat, infeksi, tumor otak, trauma kepala, radang otak, stroke. Kasus hidrosefalus dari sejak waktu lahir terbanyak sekitar 4-5 per 1000 kelahiran. (www.replubika.co.id )
Direktur Utama RS Elisabeth, Semarang dr Benedictus Sugiyanto menyatakan, sejauh ini belum ada penelitian mengenai penyebab penyakit hidrosefalus. (Kompas, 11/10/2003). Penyakit ini diderita anak sejak dilahirkan. Jadi, faktor ibu memegang peran utama penyebab hidrosefalus. Selama ini diyakini faktor kekurangan gizi ibu selama hamil, konsumsi obat-obatan tertentu, serta virus toksoplasma dan cetomegalopus menjadi penyebab penyakit hidrosefalus. (Copyright © 2002 Harian KOMPAS)
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. ( www.dexa-medica.com ).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan volume dari cairan serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruang subarakhnoid. (www.anglefire.com).
Hidrosefalus adalah jenis penyakit
yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro
spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat
saraf yang vital. (Kompas, 2002)
Hidrosefalus merupakan suatu gejala dari berbagai proses di dalam kepala yang menyebabkan terkumpulnya cairan otak secara berlebihan di dalam rongga ventrikel pada otak ( Lindra, 2005 by www.yahoo.com, )
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan di dalam ventrikel otak (rongga di dalam otak). Pasien yang menderita hidrosefalus mengalami penumpukan cairan otak yang tidak normal. (www.replubika.co.id)
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis (CCS) dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CCS. (Ngastiyah, 2003 )
Hidrosefalus adalah jumlah CSS dalam rongga serebrospinal yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan saraf. (Price and Wilson, 1995)
Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani : Hidro artinya air, Sefalus adalah kepala. Hidrosefalus adalah penimbunan cairan di ruang yang secara normal terdapat dalam otak. Cairan yang dimaksud adalah cairan yang normal ada dalam otak dan dikenal sebagai cairan otak, sedangkan ruang yang terdapat dalam otak dikenal sebagai ventrikel. (www.balita-anda.indoglobal.com)
Disebabkan oleh penghasilan cecair CSF yang berterusan, apabila pengalirannya terhalang, ia akan mula berkumpul di bahagian permulaan dari tempat halangan. Seterusnya, apabila penghasilan cecair semakin bertambah, ia akan menyebabkan ventrikel membesar dan meningkatkan tekanan di dalam kepala. Keadaan inilah yang dikenali sebagai HIDROSEFALUS. (www.nam.org)
Hidrosefalus, adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan (cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. (Kompas, 2002)
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalir CSS. ( IKA, 1985 )
Hidrosefalus merupakan suatu gejala dari berbagai proses di dalam kepala yang menyebabkan terkumpulnya cairan otak secara berlebihan di dalam rongga ventrikel pada otak ( Lindra, 2005 by www.yahoo.com, )
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan di dalam ventrikel otak (rongga di dalam otak). Pasien yang menderita hidrosefalus mengalami penumpukan cairan otak yang tidak normal. (www.replubika.co.id)
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis (CCS) dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CCS. (Ngastiyah, 2003 )
Hidrosefalus adalah jumlah CSS dalam rongga serebrospinal yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan saraf. (Price and Wilson, 1995)
Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani : Hidro artinya air, Sefalus adalah kepala. Hidrosefalus adalah penimbunan cairan di ruang yang secara normal terdapat dalam otak. Cairan yang dimaksud adalah cairan yang normal ada dalam otak dan dikenal sebagai cairan otak, sedangkan ruang yang terdapat dalam otak dikenal sebagai ventrikel. (www.balita-anda.indoglobal.com)
Disebabkan oleh penghasilan cecair CSF yang berterusan, apabila pengalirannya terhalang, ia akan mula berkumpul di bahagian permulaan dari tempat halangan. Seterusnya, apabila penghasilan cecair semakin bertambah, ia akan menyebabkan ventrikel membesar dan meningkatkan tekanan di dalam kepala. Keadaan inilah yang dikenali sebagai HIDROSEFALUS. (www.nam.org)
Hidrosefalus, adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan (cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. (Kompas, 2002)
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalir CSS. ( IKA, 1985 )
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
konsep tentang hidrosefalus ?
2. Bagimana asuhan keperawatan
Hydrocephalus ?
C.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Memahami konsep dan memberikan
asuhan keperwatan pada klien dengan Hydrocephalus.
2.
Tujuan
Khusus
v Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
definisi Hydrocephalus
v Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
epidemiologi dari hidrosefalus
v Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
etiologi Hydrocephalus
v Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
klasifikasi Hydrocephalus
v Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
patofisiologi dan pathogenesis Hydrocephalus
v Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
manifestasi Klinis Hydrocephalus
v Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus
v Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
penatalaksanaan Hydrocephalus
v Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
komplikasi hidrosefalus
v Mahasiwa dapat menjelaskan tentang
prognosis hidrosefalus
v Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
asuhan kebidanan Hydrocephalus
D.
Manfaat
Memahami konsep dan
memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan Hydrocephalus.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak
yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan
tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono, 2005:209).
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan likuor (Depkes RI, 1989).
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan likuor (Depkes RI, 1989).
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
B.
Epidemiologi
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4
setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada
tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri.
Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam
hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan
dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46%
adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono,
2005:211).
C. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat
penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS
dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. Akibat
penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering
tersumbat dan terdapat dalam klinik adalah foramen Monroi, Foramen Luschka dan
Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Teroritis pembentukan CSS yang
terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan menyebabkan
terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi, misalnya
terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis.
Berkurangnya absorpsi CSS pernah dilaporkan dalam kepustakaan pada obstruksi
kronis aliran vena otak pada trombosis sinus longitudinalis. Contoh lain ialah
terjadinya hidrosefalus setelah operasi koreksi daripada spina bifida dengan
meningokel akibat berkurangnya permukaan untuk absorpsi. Penyebab penyumbatan
aliran CSS yang sering terdapat pada bayi antara lain :
a) Kelainan bawaan
v Stenosis akuaduktus sylvii
Merupakan
penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60 – 90%). Akuaduktus
dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit dari
biasa. Umumnya gejala hidrosepalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan
cepat pada bulan – bulan pertama setelah lahir.
v Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosepalus
pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold – Chiari akibat
tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan serebelum letaknya
lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian
atau total.
v Sindrom Dandy – Walker
Merupakan
atresia kongenital foramen Luschka dan Magendie dengan akibat hidrosefalus
abstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat
sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
v Kista Araknoid
Dapat
terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
v Anomali pembuluh darah
Dalam
kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma arterio – vena
yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus
transverses dengan akibat obstruksi akuaduktus.
b) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan
meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran
ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS tergangu
oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus sylvii atau sisterna
basalis. Lebih banyak hidrosepalus terdapat paska meningitis. Pembesaran kepala
dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari
meningitisnya. Secara patologis terdapat penebalan jaringan piameter dan
araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa
tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar
sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta
lokalisasinya lebih tersebar.
c) Neoplasme
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang
dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan
kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat
dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau
pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan
suatu kraniofaringioma.
d) Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan
sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibriosis leptomeningen
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.
D.
Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang
berkaitan dengannya, berdasarkan :
-
Gambaran
klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus).
-
Waktu
pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
-
Proses
terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
-
Sirkulasi
CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus
interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.
Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran
likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan
asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor
yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi.
Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang
diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua.
(Darsono, 2005)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di
bagi dua:
1.
Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah
diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga:
a.
Pada
saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
b.
Terdesak
oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2.
Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada
saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya
trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna,
tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat
terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya. Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus
pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam tiga bagian yaitu :
1.
Hydrocephalus
komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid,
sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat
sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus
arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage
subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan
ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
2. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem
ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang
terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga
terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam
sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering
dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital
pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion)
ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari
obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas
luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura
yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan
intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan
ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung
terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
3. Hidrocephalus Bertekan Normal (
Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai
dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan
intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya
meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan
dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada
beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan
tersebut.
E.
Patofisiologis dan Patogenesis
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus
secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1.
Produksi
likuor yang berlebihan
2.
Peningkatan
resistensi aliran likuor
3.
Peningkatan
tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan
tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan
absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung
berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
1.
Kompresi
sistem serebrovaskuler.
2.
Redistribusi
dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
3.
Perubahan
mekanis dari otak.
4.
Efek
tekanan denyut likuor serebrospinalis
5.
Hilangnya
jaringan otak.
6.
Pembesaran
volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus
khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus
hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan
meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan
resorbsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua
konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan
volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial
sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap
tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena
ini tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212)
F.
Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005).
Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial.
Manifestasi
klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
1.
Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap
hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya
adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama
tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama
pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella
terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi
sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok.
(Peter Paul Rickham, 2003).
2.
Hidrosefalus
terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala
tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan
penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum
gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua
tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania
mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar
dari dua deviasi standar di atas ukuran normal.
Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi
intrakranial lainnya yaitu:
1.
Fontanel
anterior yang sangat tegang.
2.
Sutura
kranium tampak atau teraba melebar.
3.
Kulit
kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
4.
Fenomena
‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang
lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah,
gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada
gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia
respirasi). (Darsono, 2005:213). Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela
anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang
karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior
diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah
dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang
tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala
menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami
penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat
menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada
ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal.
Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat
terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi
dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
a.
Bayi
:
1.
Kepala
menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2.
Keterlambatan
penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit
tinggi dari permukaan tengkorak.
3.
Tanda
– tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
4.
Muntah
5.
Gelisah
6.
Menangis
dengan suara ringgi
7.
Peningkatan
sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak
teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
1.
Peningkatan
tonus otot ekstrimitas
2.
Dahi
menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas.
3.
Alis
mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris
4.
Bayi
tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
5.
Strabismus,
nystagmus, atropi optic
6.
Bayi
sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
b.
Anak
yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1.
Nyeri
kepala
2.
Muntah
3.
Lethargi,
lelah, apatis, perubahan personalitas
4.
Ketegangan
dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
5.
Penglihatan
ganda, kontruksi penglihatan perifer
6.
Strabismus
7.
Perubahan
pupil
G. Pemeriksaan
Diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik,
keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis,
untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang yaitu :
1.
Rontgen foto kepala
Dengan
prosedur ini dapat diketahui:
1.
Hidrosefalus
tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate
dan erosi prosessus klionidalis posterior.
2.
Hidrosefalus
tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen
kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa
beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi
dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan
terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3.
Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika
penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart
(jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang
besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk
ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor
pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit,
dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas
CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5.
Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.
Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat
lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan
oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara
jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6.
CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan
adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di
atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel
IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT
Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang
subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis
dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh.
H. Penatalaksaaan
Penanganan
hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti
penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga
prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
- Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
- Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
- Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
- Drainase ventrikule-peritoneal
- Drainase Lombo-Peritoneal
- Drainase ventrikulo-Pleural
- Drainase ventrikule-Uretrostomi
- Drainase ke dalam anterium mastoid
- Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
- Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
- Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada
2 macam terapi pintas / “ shunting “:
1.
Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat
hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.
2.
Internal
Ada 2
macam terapi secara internal
1. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam
anggota tubuh lain :
- Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan
ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
- Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke
sinus sagitalis superior
- Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan
ke Bronhus.
-
Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
- Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan
ke rongga peritoneum.
2. Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari
Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau
dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
Teknik Shunting:
1.
Sebuah
kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis,
ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2.
Suatu
reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3.
Sebuah
katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal
dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang
terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka
pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4.
Ventriculo-Atrial
Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung melalui v.
jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).
5.
Ventriculo-Peritneal
Shunt
1.
Slang
silastik ditanam dalam lapisan subkutan
2.
Ujung
distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
I. Komplikasi
Komplikasi
sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik
atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus ( jaringan
/eksudat ) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari
pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi
klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status neurologis
buruk. Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP
shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt.
Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis
shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya
adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan
ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis
abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada
saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
J.
Prognosis
Keberhasilan
tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya
anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang
bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis
hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak dramatis dengan
temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan meniggal karena
hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan
memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis
yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan
intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna.
Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk. Hidrosefalus
yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta
kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena
penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi
pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40%
anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005). Pada
kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51%
kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan.
Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang
dengan kelompok multidisipliner. (Darsono, 2005)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : Pendahuluan
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II :Pembahasan
A.
Pengertian Hidrosepalus
B.
Epidemiologi
C. Etiologi
D. Klasifikasi
E.
Patofisiologis dan Patogenesis
F.
Manifestasi Klinis
G.
Pemeriksaan Diagnostik
H.
Penatalaksanaan
I.
Komplikasi
J. Prognosis
BAB III : Penutup
A.
Kesimpulan
B.
Saran dan Kritik
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah swt.,Tuhan seluruh alam,atas rahmat dan hidayat-Nya akhirnya
kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul “HIDROSEPALUS”.Makalah ini
kami ambil dari cerminan kehidupan sehari-hari.
Setelah
membaca dan mempelajari makalah ini, kami berharap agar yang membaca makalah
ini mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sebagaiman yang tertera dalam isi
makalah ini.sehingga hal tersebut dapat diaplikasikan untuk mengembangkan
kompetensi.
Mengingat
proses penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan,maka
kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari setiap yang membaca
makalah ini,sehingga untuk kedepannya kami dapat menampilkan yang lebih baik
lagi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hidrocephalus
adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
Ø
Hidrochepalus komunikan
Ø
Hidrochepalus non-komunikan
Ø
Hidrochepalus bertekanan normal
Insidens
hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan kemungkinan
hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah
sakit.
B. Saran dan Kritik
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan
khususnya bagi kasus-kasus yang yang mengalami sumbatan didalam sistem
ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacan ini perlu. Semoga
makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga dapat
membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan
kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk
menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Persarafan. Jakarta: Salemba
Medika.
Mansjoer. A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. EGC: Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia. Buku kuliah 2 Ilmu kedokteran: EGC
Ngoerah, I Gusti Ngoerah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer. A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. EGC: Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia. Buku kuliah 2 Ilmu kedokteran: EGC
Ngoerah, I Gusti Ngoerah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anonymuous,
2010. http://ms32.multiply.com/journal/item/23. Diakses tanggal 23
Oktober 2010
Anonymous,2010.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diakses
tanggal 23 Oktober 2010
Anonymuous,
2010.http://Asuhan keperawatan pada klien ”HIDROSEFALUS” Blog Penuh Cinta.htm.
Diakses tanggal 23 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar