Jumat, 24 Mei 2013

Askeb Kebidanan Pada Ibu Nifas

BAB I
PENDAHULUAN

      A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan proses alamiah dan normal. Masa ini adalah salah satu fase dalam kehidupan wanita pada masa reproduksi. Wanita akan mengalami sekali,dua kali, bahkan berkali-kali hamil dan bersalin dan nifas dalam kehidupannya. Dan setiap proses persalinan mempunyai pengalaman yang berbeda-beda pada 2-6 jam post partum. Nifas juga melibatkan aspek fisik dan psikis, wanita akan mengalami perubahan dari keadaan setelah melahirkan. Pada beberapa ibu nifas keadaan tersebut berlangsung secara normal. Namun, ada beberapa ibu yang mengalami hambatan dan gangguan dalam menghadapi proses masa nifas tersebut. Oleh karena itu asuhan Post Natal Care harus diberikan dengan baik untuk mengetahui komplikasi lebih dini. Infeksi masa nifas (post partum) merupakan penyebab kematian pada ibu yang kedua (terpenting) , kematian dalam pasca persalinan karena infeksi uterus. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritoritis, syok septik, thombosis vena dalam embon pulmonal, infeksi pervik menahun, dispereunia, penyumbatan pada tuba dan infertilitas.
Yang sangat erat hubungannya dengan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berorientasi pada klien. Secara keseluruhan bagian ini diharapkan menjadi acuan untuk asuhan antenatal dan persalinan dasar.
B. Tujuan
            a. Tujuan umum
                        Mahasiswa dapat memberikan asuhan Post Natal Care dengan Peritonitis
            b. Tujuan khusus
v  mahasiswa memahami dan mengerti tentang pengertian asuhan Peritonitis
v   mahasiswa dapat mengenal tanda – tanda dan Gejala Peritonitis
v  mahasiswa mengetahui komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pasien dengan Peritonitis
v   mahasiswa mengetahui cara mengatasi pertolongan pertama pada pasien peritonitis.
C. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas.















BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membran serosa yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnya.
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis / kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis adalah peradangan pada peritonitis yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah  suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri.
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang bersifat epitelial. Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelm. Diantara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron di daerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal, dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut menjadi peritonium.
Lapisan peritoneum dibagi menjadi 3, yaitu :
1.    Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika serosa)
2.    Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis
3.    Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, para metritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu tindakan perabdominal.
Peritonitis adalah infeksi nifas yang dapat menyebar melalui pembuluh limfe yang berada di dalam uterus langsung mencapai peritoneum.
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput tipis yang melapisi dinding abdomen dan meliputi organ-organ dalam. Kasus peritonitis akut yang tidak tertangani dapat berakibat fatal. Pada saat ini penanganan peritonitis dan abses peritoneal melingkupi pendekatan multimodal yang berhubungan juga dengan perbaikan pada faktor penyebab, administrasi antibiotik, dan terapi suportif untuk mencegah komplikasi sekunder dikarenakan kegagalan sistem organ.
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik.

B. Etiologi
Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organviseral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infektif (umum) dan abses abdomen (lokal).
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik. Kira - kira 10-30% pasien dengan sirosis hepatis dengan ascites akan berkembang menjadi peritonitis bakterial.         
Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah dan kelenjar getah bening ke peritoneum. Jenis jarang peritonitis - kurang dari 1% dari semua kasus peritonitis primer.
Jenis yang lebih umum dari peritonitis, yang disebut peritonitis sekunder, disebabkan infeksi ketika datang ke peritoneum dari gastrointestinal atau saluran bilier. Kedua kasus peritonitis sangat serius dan dapat mengancam kehidupan jika tidak dirawat dengan cepat.
Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid) akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi kolon asenden (usus halus).
Penyebab iatrogenik umumnya bersal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pankreas, saluran empedu dan kolon juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi non infeksi, insiden peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi seharunsnya kurang dari 2 %. Operasi untuk penyakit inflamasi (misalnya apendisitis, diventikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi beresiko kurang dari 10% terjadi peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Resiko terjadinya peritonitis sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya terlibatan duodenum, pancreas perforasi kolon, kontaminasi peritoneal, syok perioperatif, dan transfusi yang pasif.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, Nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire, muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin.

C. Patofisiologis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limpe di dalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan diantara kedua ligamentum latum dan menyebabkan parametritis (Sellulisis Pelvika).
Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja (pelvio peritonilis). Peritonilis umum merupakan komplikasi yang berbahaya dan mrupakan sepertiga dari sebab kematian infeksi.
Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui tiga jalan, yakni :
1.        Penyebaran melalui limpe dari luka serviks yang terinfeksi atau endometritis.
2.        Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
3.        Penyebaran sekunder dari tromboflebilis pelvik, proses ini dapat tinggal terbatas
        pada dasar ligamentum latum/menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan.
D. Tanda dan Gejala
Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dnegan paraplegia dan penderita geriatric.
E. Klasifikasi
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
     a.  Peritonitis Bakterial Primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavumperitoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen.Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Spesifik : misalnya Tuberculosis
2.      Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.
Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan    intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi. Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.


     b.  Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organism tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yangfatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya infeksi ini. Bakteriianaerob,khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi.
1. Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum
    peritoneal.
2. Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan oleh
     bahankimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.
3. Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya appendisitis.
    c.  Peritonitis tersier
v  Peritonitis yang disebabkan oleh jamur
v  Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.
    d.  Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:
                        1.    Aseptik/steril peritonitis 
                        2.    Granulomatous peritonitis
                        3.    Hiperlipidemik peritonitis
                        4.    Talkum peritonitis

F. Diagnosis
Foto rontgen diambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk adanya perforasi. Kadang-kadang sebuah jarum digunakan untuk mengeluarkan cairan dari rongga perut, yang akan diperiksa di laboratorium, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi dan memeriksa kepekaannya terhadap berbagai antibiotika. Pembedahan eksplorasi merupakan teknik diagnostik yang paling dapat dipercaya.


G. Penatalaksanaan
     a. Pencegahan
v  Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan.
Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
v  Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
v  Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.
   b. Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Adanya antibiotika sangat merubah prognosa infeksi puerperalis dan pengobatan dengan obat-obat lain merupakan usaha yang terpenting.
Dalam memilih satu antibiotik untuk mengobati infeksi, terutama infeksi yang berat harus menyandarkan diri atas hasil test sensitivitas dari kuman penyebab. Tapi sambil menunggu hasil test tersebut sebaiknya segera memberi dulu salah satu antibiotik supaya tidak membuang waktu dalam keadaan yang begitu gawat.
Pada saat yang sekarang peniciline G atau peniciline setengah syntesis (ampisilin) merupakan pilihan yang paling tepat karena peniciline bersifat baktericide (bukan bakteriostatis) dan bersifat atoxis. Sebaiknya diberikan peniciline G sebanyak 5 juta S tiap 4 jam jadi 20 juta S setiap hari. Dapat diberikan sebagai iv atau infus pendek selama 5-10 menit.
Dapat juga diberikan ampiciilin 3-4 gr mula-mula iv atau im. Staphylococ yang peniciline resisten, tahan terhadap penicilin karena mengeluarkan penicilinase ialah oxacilin, dicloxacilin dan melbiciline.
Di samping pemberian antibiotic dalam pengobatannya masih diperlukan tindakan khusus untuk mempercepat penyembuhan infeksi tersebut.
Karena peritonitis berpotensi mengancam kehidupan. Penderita disarankan mendapat perawatan di rumah sakit.
Secara jelas, penatalaksanaan pada peritonitis yaitu ;
1.  Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan
     kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena yang berupa
     infuse NaCl atau Ringer Laktat  untuk mengganti elektrolit dan kehilangan protein.
     Lakukan nasogastric suction melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan
     dalam usus.
2.  Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
      Ampisilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam, ditambah gantamisin 5 mg/kg berat
      badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Antibiotik
      harus diberikan dalam dosis yang tinggi untuk menghilangkan gembung perut di beri
     Abot Miller tube.
3.  Pasien biasanya diberi sedative untuk menghilangkan rasa nyeri. Minuman dan
      makanan per os baru di berikan setelah ada platus.
4.  Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan perbaikan
      dapat diupayakan.
5.  Pembedahan  atau laparotomi mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis. Bila
       perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor adalah insisi dan drainase
       terhadap abses.
Hampir semua penyebab peritonitis memerlukan tindakan pembedahan (laparotomi eksplorasi). Pertimbangan dilakukan pembedahan :
v  Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang meluas, nyeri tekan terutama
     jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan (syok, anemia
    progresif), tanda sepsis (panas tinggi, leukositosis), dan tanda iskemia (intoksikasi,
    memburuknya pasien saat ditangani).
v  Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo peritoneum, distensi usus, extravasasi
    bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri mesenterika.
·    Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran cerna dan perdarahan saluran
    cerna yang tidak teratasi.
·    Pemeriksaan laboratorium.
v  Pembedahan dilakukan bertujuan untuk :
·   Mengeliminasi sumber infeksi.
·   Mengurangi kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal
·   Pencegahan infeksi intra abdomen berkelanjutan.
v  Therapi (Instruksi Dokter) dan asuhan(dikerjakan bidan) yang diberikan antara lain:
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan okesigenasi secara adekuat, tetapi kadang- kadang inkubasi jalan napas dan bentuk ventilasi diperlukan.Tetapi medikamentosa non- operatif dengan terapi antibiotik, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik dan terapi modulasi respon peradangan.
v  Jika pasien harus dilakukan operasi maka, asuhan keperawatan/kebidanan selama masa pra, intra, post operatif maka tindakan bidan atau perawat harus memahami tahapan- tahapan yang dilakukan pada seorang pasien, tahapan tersebut, mencakup tiga fase yaitu :
a.       Fase pra-operatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien digiring ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian data dasar pasien yang datang di klinik, rumah sakit atau di rumah, menjalani wawancara pra-operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan mungkin dibatasi hingga melakukan pengkajian pasien pra-operatif ditempat ruang operasi
b.   Fase intra-operatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan medikasi melalui          intervena sesuai Instruksi Dokter, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahandan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh, aktivitas keperawatan terbatas hanya pada  menggemban tangan pasien selama induksi anastesia umum, bertindak dalam peranannya sebagai perawat scub, atau membantu dalam mengatur posisi pasien diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip- prinsip dasar kesejajaran tubuh
c.   Fase pasca-operatif dimulai dengan masuknya pasien keruang pemulihan dan
     berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Lingkup
     keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini . Pada fase
     pasca-operatif langsung, fokus terhadap mengkaji efek dari agen anastesia dan
     memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian
     berfokus pada penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak
     lanjut dan  rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi
    diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih detail lagi dalam unit ini.
    Kapan berkaitan dan memungkinkan proses keperawatan pengkajian, diagnose
    keperawatan, intervensi dan evaluasi diuraikan.







KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Karena berkat karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
            Dan penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran dalam materi ini dan juga sebagai sarana untuk menambah wawasan semua pihak yang membacanya.
            Kami sebagai penulis sangat menyadari sepenuhnya, bahwa terselesainya makalah ini adalah berkat kerja sama yang baik dari semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunana makalah ini.
Sebagai penulis, kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah yang akan datang.












DAFTAR ISI

Kata Pengantar                       :
Daftar isi                                 :
BAB I                                     : PENDAHULUAN
                                                A. Latar Belakang
                                                B. Tujuan
                                                C. Manfaat
BAB II                                                : PEMBAHASAN
                                                A. Pengertian Peritonitis
                                                B. Etiologi
                                                C. Patofisiologi
                                                D. Tanda dan Gejala
                                                E. Klasifikasi
                                                F. Diagnosis
                                                G. Penatalaksanaan
BAB III                                  : PENUTUP
                                                A. Kesimpulan
                                                B. Saran dan Kritik
DAFTAR PUSTAKA

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis.
Penyebab peritonitis antara lain : penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi, penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual, infeksi dari rahim dan saluran telur, kelainan hati atau gagal jantung, peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan, dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal), iritasi tanpa infeksi.
Patofisologi peritonitis adalah reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrinosa, yang kelak dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Prinsip umum terapi pada peritonitis adalah

1.      Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena.
2.      Terapi antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi
      nifas.
3.      Terapi analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri.
4.      Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki penyebab.



B. Saran dan Kritik
Sebagai seorang Bidan seharusnya bisa mengetahui tanda dan gejala peritonitis maupun gejala patologi kebidanan yang lain. Sehingga Bidan mampu mendiagnosa dan bisa mengambil keputusan secara cepat dan tepat dalam menangani pasien .



















DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri Dan Ginekologi FK, UNPAD. 1984.OBSTETRI PATOLOGI. Bandung : Elstar Offset.
Mansjoer, Arif dkk. 2001.KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN JILID 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Unifersitas Indonesia.
Maryunani, Anik. 2002. MODUL SEPSIS PUERPERALIS MATERI PENDIDIKAN KEBIDANAN. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Tridasa printer.
Rukiyah, Ai yeyeh dkk.  2010. Asuhan Kebidanan IV.  Jakarta : CV. Trans Info Media
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. ILMU KEBIDANAN. Edisi IV. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. ILMU KANDUNGAN. Edisi II. Jakarta :  Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar